--> WELCOME TO MY BLOG IVAN MOAN NST WELCOME TO MY BLOG IVAN MOAN NST

Jun 17, 2013

Organisasi Mahasiswa dan Pihak Kampus


Sempitnya waktu seorang mahasiswa dalam menjalankan pendidikan di kampus yang disebabkan karena berbagai alasan menjadikan sebagian mahasiswa sangat terpaku terhadap aktivitas perkuliahan saja, hadirnya mahasiswa di negeri ini tidak hanya untuk belajar di kelas, baca buku, buat makalah, presentasi, hadir ke seminar, dan kegiatan di kelas lainnya.
Ada tugas lain yang lebih berat dan lebih menyentuh terhadap makna mahasiswa itu sendiri, yakni sebagai agen perubah serta pengontrol sosial masyarakat. Tugas inilah yang dapat menjadikan diri tiap mahasiswa sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi orang yang setia mencarikan solusi berbagai permasalahan yang sedang menyelimuti masyarakat. Hal inilah yang dapat menambah nilai plus bagi dirinya sebagai mahasiswa, jika harapan mereka terwujud dan menjelma menjadi kenyataan dalam kehidupan. Bukan hanya sebagai harapan yang kandas di tengah keruhnya kehidupan negara seperti saat ini.
Sebagai agen perubahan sosial, mahasiswa selalu dituntut untuk menunjukkan peranan dalam kehidupan nyata, agar tak menjadi mahasiswa yang “sederhana” artinya aktivitas yang dilakukan mahasiswa tersebut hanya ke kampus untuk kuliah, selesai kuliah ke warung makan, setelah makan balik ke kos untuk tidur atau main games, kemudian pagi kembali kuliah di kampus begitu seterusnya. Menurut saya ada tiga hal yang penting dalam peranan mahasiswa, yakni intelektual, sosial, dan idealis.
Ada beberapa tipe mahasiswa yang saya amati yaitu :
-          Mahasiswa Kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Tipikal dari individu atau kelompok mahasiswa ini dominan melewai hari-harinya di kampus full hanya dengan belajar “Teks Book”, mengerjakan semua yang diperintahkan setiap dosen dengan harapan kuliah dapat selesai tepat waktu dan meraih prestasi akademik yang memuaskan sehingga dapat menjadi dongkrak untuk peningkatan karier. Ciri khas utama kelompok ini adalah Indeks Prestasi Komulitatif (IPK) cendrung eksklusif dan skeptis-apatis terhadap apa pun bentuk aktivitas organisasi mahasiswa, senantiasa berpikir “Neraca Rugi-Laba”, saat diajak ber-organisasi bahkan cendrung subjektif dalam peniliaiannya tentang aktivitas kampus.

-          Mahasiswa Cheerleader. Kelompok atau tipikal individu semacam ini mempunyai beberapa ciri di antaranya senang meramaikan atau ikut menyemarakkan beberapa kegiatan yang ada di kampus maupun organisasi mahasiswa. Namun masih alergi jika suatu ketika dipercaya untuk mengemban amanah kepemimpinan ataupun kepengurusan dalam sebuah event dan kegiatan sosial keorganisasian. Bagi mahasiswa model ini berkelompok dan berorganisasi haruslah ada muatan pesta, bersenang-senang, sekadar pergaulan dan cendrung tidak mempunyai pendirian yang pasti terhadap pendapat-pendapat yang beredar mengelilingi lingkungan sekitarnya. Siapa yang dekat-akrab, mereka-lah kawan organisasinya.

-          Mahasiswa Aktif dengan Organisasinya. Kelompok atau individu dari mahasiswa semacam ini tidak begitu dominan keberadaannya. Secara kuantitatif relatif sedikit, sedangkan dari segi kualitas masih harus dikaji ulang. Eksistensi kelompok atau individu bertipikal semacam ini sepintas aktif dengan segenap organisasi kemahasiwaan yang ada baik yang intra maupun eksra kampus. Bahkan, dari yang sedikit jumlahnya di sini, sebagian di antaranya cendurng kebablasan, sehingga ada juga secara tidak sadar melepas statusnya sebagai mahasiswa lantaran kris moneter dalam dirinya D-O. Ada juga sebagian diri mereka yang kehabisan napas kerena ketidakmampuan me-manage waktu yang dimilikinya, sehingga vacum bahkan berubah menjadi apatis terhadap organisasi mahasiswa.
Mahasiswa yang aktif berorganisasi secara konsisten semata-mata memiliki pemahaman bahwa organisasi kemahasiswaan merupakan sebuah sarana yang efektif  dalam meng-kader dirinya sendiri untuk ke depan. Sebagian di antaranya masih mempunyai keyakinan pandangan bahwa kampus merupakan tempat menimba ilmu yang tidak terbatas hanya kepada pelajaran semata. Dengan bergabung aktif dalam organisasi kemahasiswaan yang bersifat intra ataupun eksra kampus berefek kepada perubahan yang signifikan terhadap wawasan, cara berpikir, pengetahuan dan ilmu-ilmu sosialisasi, kepemimpinan serta menajemen kepemimpinan yang notabene tidak diajarkan dalam kurikulum normatif Perguruan Tinggi. Namun, dalam ber-organisasilah dapat diraih dengan memanfaatkan statusnya sebagai mahasiswa.
Pemahaman arti penting sebuah organisasi dan aktivitas organisasi mahasiswa adalah salah satu persoalan yang pertama-tama harus diluruskan. Adanya anggapan bahwa berorganisasi berarti berdemonstrasi, atau berorganisasi khusunya di kampus tidak lebih dari sekadar membuang sebagian waktu, energi, ajang mencari kawan atau mencari jodoh merupakan bukti adanya kesalah pahaman tentang presepsi sebagian mahasiswa tentang organisasinya sendiri. Dengan demikian, satu media yang dapat membentuk kematangan mahasiswa dalam hidup bermasyarakat ialah organisasi. Dengan senantiasa berorganisasi maka mahasiswa akan senantiasa terus berinteraksi dan beraktualisasi, sehingga menjadi pribadi yang kreatif serta dinamis dan lebih bijaksana dalam persoalan yang mereka hadapi.
Namun bagaimana jadinya jika setiap mahasiswa yang ingin berkreasi dengan organisasinya untuk mengembangkan setiap potensi yang ada didirinya selalu dibelenggu dan dipersulit bahkan di tentang sehingga bisa membelenggu pikiran, tindakan, maupun kreatifitas yang dimiliki setiap mahasiswa. Dengan aturan-aturan yang di buat setiap kampus atau para pimpinan univrsitas maupun tiap-tiap fakultas, menurut saya ada kemungkinan jika kampus ataupun fakultas membatasi segala tindakan yang dilakukan kepada organisasi kemahasiswaan yakni adanya ketakutan dari pimpinan baik rektor maupun dekan adanya pergerakan aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa kepada pihak rektorat maupun dekan fakultas sehingga bisa merugikan pimpinan, adanya kecurigaan kepada mahasiswa setiap yang dilakukan mahasiswa bisa merugikan pihak kampus, dan keterikatan suatu sistem yang membelenggu. Hubungan antara organisasi mahasiswa dan universitas seharusnya saling berkordinasi dan sebagai sistem check and balances.
Idealnya setiap organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus harus di dukung oleh pihak rektorat maupun fakultas masing-masing baik dukungan moril ataupun materil, agar sama-sama bisa menguntungkan dan sehingga bisa mengangkat nama universitasnya. Jika organisasi kemahasiswaan melakukan protes aksi karena dianggap adanya suatu alasan untuk dirubah aatau di protes itu merupakan hal wajar dan lumrah agar menciptakan suasana demokrasi di internal kampus dan agar menjadi lebih baik bukan di takuti dan dianggap sebagai ancaman bagi pimpinan kampus ataupun fakultas…semoga saja bermanfaat.  

No comments:

Post a Comment

kelik