--> WELCOME TO MY BLOG IVAN MOAN NST WELCOME TO MY BLOG IVAN MOAN NST

Apr 11, 2015

BECAK MOTOR KOTA PADANGSIDIMPUAN



SEJARAH BECAK MOTOR KOTA PADANGSIDIMPUAN

Becak motor vespa yang merupakan salah satu icon Kota Padangsidimpuan selain dari pada salak, menjadi ciri khas tersendiri di Kota Padangsidimpuan. Jika kita lihat selain bentuknya yang unik seperti kapsul bentuk kabinnya, becak ini juga sangat aman untuk digunakan dan memang menjadi daya tarik bagi masyarakat sendiri. “Bahkan becak motor ini menjadi icon untuk di pamerkan ke Pekan Raya Sumatera Utara Tahun 2015 di Medan banyak masyarakat luar yang mengabadikan dirinya dengan berfoto di becak motor vespa tersebut.”[1]

Apabila kita bandingkan dengan daerah lain hanya Kota Padangsidimpuan becaknya yang menggunakan motor vespa sebagai penariknya. Untuk itu kenapa banyak masyarakat tertarik dengan becak motor yang ada di Kota Padangsidimpuan. Karena bentuknya yang unik, dengan lampu hiasan dan nyaman untuk ditumpangi. Bentuk bentuk kabinnya pun sekarang banyak yang telah dimodifikasi oleh pemiliknya supaya menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk menaikinya.

Becak motor di Kota Padangsidimpuan merupakan moda transportasi yang sangat diminati masyarakat setempat. Masyarakat Kota Padangsidimpuan menggunakan moda transportasi ini pada umumnya adalah untuk keperluan seperti belanja ke pasar, ke pusat kota, pergi ke kantor, mengantar anak-anak sekolah. Baik jarak dekat ataupun jarak jauh para penarik becak akan mengantarnya sampai ke tempat tujuan. Ada juga masyarakat yang memanfaatkan becak motor ini sebagai pengangkut barang belanjaan mereka, barang dagangan ke pasar dan sebagainya. Becak motor sendiri menjadi alternatif transportasi bagi masyarakat setempat selain dari pada angkutan kota (angkot).

Menurut sejarah dahulu di Kota Padangsidimpuan saat masih tergabung dalam Kabupaten Tapanuli Selatan, moda transportasinya sekitar tahun 1960-an masih menggunakan sado (Kereta Kuda/Delman), Transportasi dengan menggunakan tenaga kuda sebagai penariknya dan kabin penumpang berada dibelakang. Namun lambat laun berganti dengan Becak dayung, berangsur angsur populasi sado pun musnah dengan adanya becak dayung tersebut. Becak dayung, yakni becak yang menggunakan tenaga manusia dengan sepeda sejenis sepeda ontel sebagai penariknya.

Memang bila kita lihat daerah Kota Padangsimpuan merupakan daerah berbukit banyak tanjakan yang membuat sulit apabila jarak tempuh yang dilalui oleh becak dayung sendiri, tidak seperti didaerah Jawa jika becak dayung yang ada di daerah Jawa penariknya berada dibelakang sedangkan becak dayung yang ada di wilayah Sumatera Utara khususnya di Kota Padangsidimpuan berada disamping kabin. Sampai sekarang becak dayung masih ada namun jumlahnya sedikit diluar Kota Padangsidimpuan. “Dahulu ada organisasi yang mewadahi para penarik becak dayung di Kota Padangsidimpuan yaitu organisasi PERBEDA (Persatuan Becak Dayung).”[2]

Keberadaan becak dayungpun lambat laun musnah karena kondisi daerah yang tidak memungkinkan apalagi penumpang harus menempuh jarak jauh dengan keadaan jalan yang tanjakan merasa sulit untuk melaluinya. Kemudian sekitar Tahun 1970-an berganti dengan becak motor mesin yaitu dengan menggunakan Honda CG ataupun GL sebagai penariknya. Bentuknya tidak berubah seperti becak dayung hanya saja becak motor menggunakan mesin bukan tenaga manusia dan kabinnya pun berada di samping penariknya. Muatan penumpangnya bisa mencapai 2 sampai 4 orang.

Becak motor yang ada pertama kali di Kota Padangsidimpuan merupakan hasil karya Almarhum Bapak Ramli, beliau orang pertama yang membuat becak motor di Kota Padangsidimpuan. Almarhum Ramli merupakan putra kelahiran Jawa kemudian merantau dan menetap di Kota padangsidimpuan. Sebelumnya beliau bekerja di bengkel yang bernama TIC TAC yang ada di daerah Kampung Teleng Kota Padangsidimpuan sebagai karyawan atau montir. Kemudian pada Tahun 1972 beliau berhenti dari bengkel TIC TAC dan mendirikan bengkel sendiri dengan adik kandungnya yakni Bapak Darso (Pemilik bengkel RAPTAMA di Desa Sihitang). Bengkel yang mereka dirikan yakni bengkel TAC TIC BARU yang merupakan nama kebalikan bengkel tempat ia bekerja dulu yang juga berada di Kampung Teleng Kota Padangsidimpuan.

Awal mulanya beliau membuat tempat tidur dari besi, dan nilam, dibengkel yang ia dirikan. Namun seiringnya waktu, kemudian beliau membuat kabin becak motor pertama kali dengan menyambungnya dengan sepeda motor sebagai penariknya pada saat itu masih menggunakan Honda CG atau GL. Pasar pembelianpun meningkat dan semakin lama kian berkembang dengan banyaknya pesanan yang datang kepada beliau untuk membuat moda transportasi masyarakat di Kota Padangsidimpuan. Selain membuat tempat tidur, nilam dan kabin becak motor beliau juga mampu membuat mesin gilingan padi bahkan bak angkot pun beliau buat. Sampai merakit senjata api pun beliau mampu merakitnya sehingga beliau pernah di tahan oleh kepolisian selama 6 bulan akibat perakitan senjata api tersebut.

Becak motor sendiri sejak pertama kali dibuat beliau sampai sekarang sudah enam kali berganti bentuk kabin. “Pertama kali bak petak, kemudian bak artis (istilahnya), bak jumbo, bak espas, bak pitara, dan yang sekarang bak kapsul.”[3] Beliau sempat dijuluki oleh masyarakat sekitar sebagai “Montir Alam” karena segala hal ciptaan dan buatan beliau sangat banyak yang mengagumkan beliau tidak pernah belajar dan kursus, keahlian yang beliau miliki datang dengan sendirinya maka itu, beliau dijuluki sang “Montir Alam”.

Seiring perkembangan jaman, kemudian sekitar Tahun 1980-an beliau mengganti Honda CG atau GL sebagai penariknya dengan motor Vespa. Pada saat itu Vespa yang digunakan adalah Vespa jenis Kongo kemudian Vespa Sprin. Dengan munculnya becak motor Vespa dengan bentuk kabin kapsul membuat semakin diminati masyarakat untuk menggunakannya. Karena dari bentuknya unik sekali, Kemudian semakin lama becak motor dengan penarik Honda GL atau CG hilang dari peredaran dan punah karena di dominasi becak motor Vespa sendiri. Karena becak motor vespa sendiri irit menghabiskan bahan bakar minyak dari pada motor lainnya.

Pasaran kabin yang beliau buat bukan hanya untuk pasaran Kota Padangsidimpuan dan sekitarnya saja bahkan sampai ke luar pulau sumatera banyak sekali yang ingin memilikinya. Bahkan dahulu pernah menjadi ajang pameran di Jakarta sebagai ciri khas daerah pada masa itu masih Kabupaten Tapanuli Selatan. Dengan hasil karya yang Beliau buat hingga kini belum ada perhatian ataupun penghargaan yang diberikan kepada Beliau dari pemerintah setempat sebagai penggagas becak motor di Padangsidimpuan.

Apabila kita lihat justru atas karya beliau banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan menarik becak motor sehari-hari di Kota Padangsidimpuan. Dengan sendirinya dapat mengurangi pengangguran di daerah. Selain itu hasil karya beliau menjadi kebanggaan bagi Kota Padangsidimpuan sendiri karena banyak sekali masyarakat daerah luar bahkan luar negeri yang tertarik dengan becak motor itu sendiri.

Kemudian pada Tahun 1987 di usia 50 Tahun Bapak Ramli meninggal dunia karena sakit dan akhirnya bengkel TAC TIC BARU diteruskan oleh anak sulungnya yang bernama Abdul Alim atau nama istilahnya Abangna begitu nama akrab sapaannya. Pada Tahun 1990 bengkel TAC TIC BARU pindah lokasi ke Desa Sihitang Kota Padangsidimpuan sampai sekarang, namun kini bengkel TAC TIC BARU diteruskan oleh anak bungsu dari Bapak Ramli sendiri yang bernama Abdul Rahman sampai sekarang masih bisa kita jumpai dan sampai sekarangpun bengkel tersebut masih banyak pesanan dari masyarakat.