--> WELCOME TO MY BLOG IVAN MOAN NST WELCOME TO MY BLOG IVAN MOAN NST

Jan 26, 2020

DPD KNPI KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB I SEJARAH KNPI
1.      Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
Sebelum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) didirikan cikal bakal organisasi ini bermula dengan lahirnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1965 atas prakarsa mahasiswa dan di fasilitasi oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, Brigadir Jenderal Syarief Thayeb. KAMI dibentuk oleh organisasi mahasiswa yang hadir ketika itu, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Mapancas (Mahasiswa Pancasila), Somal (Sentral Organisasi Mahasiswa Lokal), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), Semmi (Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), PELMASI (Pelopor Mahasiswa Sosialis Indonesia), Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) dan Gemsos (Gerakan Mahasiswa Sosialis).
Pada saat membentuk KAMI wakil dari Presidium GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) juga hadir. Organisasi mahasiswa nasionalis tersebut mempertanyakan pembentukan KAMI, karena menurut mereka, mahasiswa telah memiliki PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Pertanyaan itu dijawab semua organisasi mahasiswa yang pada dasarnya mengatakan, PPMI tidak layak lagi mewakili mahasiswa seluruh Indonesia. Ketika organisasi mahasiswa lain yang hadir dalam pertemuan pembentukan KAMI, menanyakan sikap GMNI tentang pembentukan dan keikutsertaan mereka dalam KAMI, mereka menyatakan akan berkonsultasi dulu dengan PNI (Partai Nasional lndonesia), karena mereka adalah bagian dari partai tersebut. Keesokan harinya wakil GMNI datang ke rumah Menteri Syarief Thayeb dan menyatakan tidak ikut serta dalam KAMI.
Beberapa hari setelah membentuk KAMI terjadi pertemuan antara Cosmas Batubara dengan Suryadi dan Aberson Sihaloho, kedua orang terakhir dari GMNI Osa-Usep. Kemudian kedua tokoh mahasiswa ini menegaskan bahwa GMNI Osa-Usep akan bergabung dengan KAMI, karena berada pada garis yang sama. Bahkan belakangan tokoh GMNI Osa-Usep juga duduk sebagai anggota Presidium KAMI Pusat. Setelah KAMI Pusat terbentuk, berbagai kesatuan aksi lain juga berdiri, seperti KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), KAPI (Kesatuan Aksi Pemuda Indonesia), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), KAWI (Kesatuan Aksi Wanita Indonesia), KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia) dan beberapa kesatuan aksi lainnya.
Berdirinya KAMI tidak terlepas dari situasi nasional akibat Gerakan 30 September. Pihak-pihak yang tidak menyukai PKI  membentuk wadah perjuangan untuk melawannya. Namun seiring berjalannya waktu, pada akhir 1965 perekonomian kian  memburuk. Hal ini mendorong KAMI untuk ikut serta menyuarakan penderitaan rakyat. Untuk itu KAMI mengadakan  rapat. KAMI Pusat segera berkonsolidasi, mahasiswa mulai menggalang kekuatan. Hasilnya, KAMI menempuh jalan Konsepsional dan Aksi Masa melalui demonstrasi. Demonstrasi mulai dilancarkan, digelar sekitar 2 bulan. Tuntutan KAMI yang terkenal yaitu Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura), yakni 1) Bubarkan PKI, 2) Rombak/bubarkan Kabinet Dwikora dan 3) Turunkan harga kebutuhan pokok.
Tanggal 25 Februari 1966, KAMI dibubarkan oleh pemerintah. Meskipun berumur singkat, namun apa yang dilakukan KAMI itu merupakan mata rantai penting dalam rangkaian awal yang akhirnya berhasil mengganyang habis PKI sekaligus meruntuhkan rezim Sukarno alias Orde Lama. Meskipun demikian, perjuangan mahasiswa masih tetap berlanjut. Mahasiswa tetap kritis, terhadap keadaan bangsa dan negara.
2.      Kelompok Cipayung
Setelah bubarnya KAMI, maka organisasi mahasiswa tentu tidak memiliki wadah perjuangan bersama yang melembaga. Namun, ketidakadaan wadah resmi tidak jadi halangan bagi sesama pimpinan organisasi mahasiswa dalam membina hubungan komunikasi satu sama lain. Secara umum, situasi saat itu dirasakan mulai kurang kondusif bagi perjuangan mahasiswa. Tapi disisi lain, dorongan idealisme untuk tetap memberikan sumbangsih bagi bangsa dan negara, mendorong para pimpinan organisasi mahasiswa untuk saling berkomunikasi dan bertukar pikiran untuk membicarakan berbagai persoalan yang dihadapi bersama. Maka para pimpinan organisasi mahasiswa yang ada pada saat itu sering melakukan pertemuan dan berdiskusi.
Dari pertemuan dan diskusi-diskusi ini lahir keinginan untuk merumuskan sikap bersama sekaligus untuk mengukuhkan kerjasama dimasa mendatang. Pertemuan tersebut terlaksana pada tanggal 21-22 Januari 1972 di Cipayung Jawa Barat. Dari pertemuan inilah, lahir sebutan “Kelompok Cipayung” dan tanggal 22 Januari merupakan hari terbentuknya.
Pada awalnya Kelompok Cipayung hanyalah istilah untuk menyebut satu Forum Komunikasi dan kerjasama antar 5 (lima) organisasi mahasiswa yang terdiri dari : HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) dan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) seperti awal pembentukan dari KAMI sebelumnya.
Dalam perkembangannya Kelompok Cipayung ini terkesan sebuah lembaga atau organisasi karena menjadi terkenal di kalangan masyarakat saat itu. Tentunya karena kiprah peran dan terutama pikiran-pikiran kritis yang dilahirkannya, kerap dianggap sebagai cerminan sikap politik mahasiswa Indonesia. Eksistensi Kelompok Cipayung memang satu fenomena menarik dalam sejarah kerjasama antar organisasi mahasiswa. Bukan saja karena bentuknya yang unik, karena menyatukan organisasi mahasiswa yang memiliki berbagai perbedaan karakteristik, tapi juga usianya relatif panjang dibanding dengan wadah kerjasama organisasi mahasiswa yang lain.
Lahirnya kerjasama Kelompok Cipayung, sebenarnya bukan sesuatu yang direncanakan, dalam arti para pemimpin organisasi mahasiswa itu berkumpul dan kemudian membentuk suatu kelompok yang dinamakan Kelompok Cipayung. Melainkan secara alamiah melalui diskusi-diskusi informal dan komunikasi yang bersifat  personal antar sesama pimpinan organisasi mahasiswa. Komunikasi untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman antara sesama aktivis mahasiswa memang sesuatu yang lazim terjadi, apalagi bila sebelumnya sudah saling kenal satu sama lain. Hal ini juga terjadi diantara sesama pimpinan organisasi mahasiswa Kelompok Cipayung yang sebelumnya sudah sempat berhimpun dalam wadah perjuangan bersama yaitu KAMI.
Terbentuknya Kelompok Cipayung sudah jelas karena adanya komunikasi yang erat antar pimpinan organisasi mahasiswa untuk saling bertukar pikiran. Dari proses komunikasi ini tersebut terjalin rasa kebersamaan dalam menghadapi persoalan bersama. Dilatarbelakangi karena besarnya keinginan tersebut, maka ia mampu mengatasi berbagai perbedaan antar organisasi mahasiswa.  Kelompok Cipayung terbentuk karena adanya kemauan kuat dan tentu disertai kemampuan dari pimpinan lima organisasi mahasiswa mengatasi perbedaan-perbedaan. Kuncinya adalah meletakkan kepentingan bangsa, negara dan mahasiswa pada agenda bersama.
3.      Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)
Pada saat maraknya aksi yang dilakukan oleh Kelompok Cipayung tahun 1973 bersamaan itu pemerintah menggiring organisasi masyarakat dan mahasiswa masuk ke dalam bentuk pewadahan tunggal, sehingga perlahan tapi pasti berbagai ormas pun bubar karena melebur dalam wadah yang disodorkan pemerintah. Ormas-ormas buruh melebur ke dalam SBSI (Serikat Buruh Seluruh Indonesia), ormas-ormas nelayan ke dalam HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia), ormas-ormas Petani ke HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), dan sebagainya yang masih bisa bertahan, hanya organisasi mahasiswa karena telah didahului dengan lahirnya Kelompok Cipayung dan ormas-ormas wanita karena jauh hari sudah terbentuk Kowani (Kongres Wanita Indonesia). 
Menghadapi perkembangan situasi saat itu organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung sulit menggelar pertemuan, karena segala perhatian terpaksa difokuskan pada upaya menyiasati kebijakan pewadahan tunggal yang dijalankan pemerintah. Pada tahun 1973 awal konsep akan dibentuknya KNPI yang dijadikan sebagai wadah tunggal bagi pemuda. Meskipun oleh pemerintah pada saat itu dijadikan dalih untuk mengakhiri eksistensi organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung.
Organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung berperan aktif dalam pembentukan KNPI. Hal ini setidaknya tercermin dalam pendapat Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, Brigadir Jenderal Syarief Thayeb yang menganggap mahasiswa adalah bagian dari pemuda dan karenanya harus melebur dalam KNPI.
Pendapat Syarief Thayeb tersebut ditanggapi berbeda oleh Kelompok Cipayung yang memandang KNPI hanyalah sebagai wadah berhimpun bagi ormas-ormas kepemudaan dan keberadaannya hanya terbatas pada tingkat nasional. Bahkan organisasi mahasiswa Kelompok Cipayung menempatkan KNPI hanya sebagai salah satu organisasi kepemudaan yang statusnya sama dengan ormas-ormas kepemudaan yang sudah ada.
Pada akhirnya atas kepedulian dan tanggung jawab para mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung yang memiliki latar belakang berbeda-beda dengan rasa tulus ikhlas menyatakan diri berhimpun dalam langkah dan gerak bersama demi terciptanya perjuangan Bangsa Indonesia tergabung dalam satu wadah yang sama dengan mahasiswa dan pemuda lainnya. Maka dilakukanlah Deklarasi Pemuda Indonesia sebagai landasan terbentuknya KNPI yaitu pada tanggal 23 Juli 1973 Ketua Umum pertamanya adalah David Napitupulu.
Kelahiran KNPI sebagai bukti dari kepekaan dan kepeloporan pemuda dan mahasiswa dalam menjawab tantangan peran kesejarahan, melalui menggalang persatuan dan kesatuan, mengkonsolidasi keanekaragaman potensi, membentuk sinkronisasi dan sinergi partisipasi dalam rangka mensukseskan kegiatan pembangunan nasional. Deklarasi Pemuda lahir dari sebuah kesadaran akan tanggung jawab pemuda Indonesia untuk mengerahkan segenap upaya dan kemampuan untuk menumbuhkan serta meningkatkan dan mengembangkan kesadaran sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 
Deklarasi pemuda yang tergabung dalam KNPI lahir untuk menindaklanjuti isi pesan sumpah pemuda yang menggariskan kebutuhan keberhimpunan dengan mengejawantahkan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia. KNPI berbeda dengan bentuk organisasi pemuda yang dikenal sebelumnya, seperti Front Pemuda yang bersifat federasi dan anggotanya terdiri atas ormas-ormas pemuda. Komite ini tidak mengenal keanggotaan ormas, oleh karena itu Komite ini bukanlah suatu federasi.