BAB I SEJARAH KNPI
1.
Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
Sebelum
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) didirikan cikal bakal organisasi ini
bermula dengan lahirnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25
Oktober 1965 atas prakarsa mahasiswa dan di fasilitasi oleh Menteri Perguruan Tinggi
dan Ilmu Pengetahuan, Brigadir Jenderal Syarief Thayeb. KAMI dibentuk oleh
organisasi mahasiswa yang hadir ketika itu, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Mapancas (Mahasiswa
Pancasila), Somal (Sentral Organisasi Mahasiswa Lokal), IMM (Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah), Semmi (Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia), PMII (Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), PELMASI
(Pelopor Mahasiswa Sosialis Indonesia), Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI)
dan Gemsos (Gerakan Mahasiswa Sosialis).
Pada saat membentuk
KAMI wakil dari Presidium GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) juga
hadir. Organisasi mahasiswa nasionalis tersebut mempertanyakan pembentukan
KAMI, karena menurut mereka, mahasiswa telah memiliki PPMI (Perhimpunan Pers
Mahasiswa Indonesia). Pertanyaan itu dijawab semua organisasi mahasiswa yang pada
dasarnya mengatakan, PPMI tidak layak lagi mewakili mahasiswa seluruh
Indonesia. Ketika organisasi mahasiswa lain yang hadir dalam pertemuan
pembentukan KAMI, menanyakan sikap GMNI tentang pembentukan dan keikutsertaan
mereka dalam KAMI, mereka menyatakan akan berkonsultasi dulu dengan PNI (Partai
Nasional lndonesia), karena mereka adalah bagian dari partai tersebut. Keesokan
harinya wakil GMNI datang ke rumah Menteri Syarief Thayeb dan menyatakan tidak
ikut serta dalam KAMI.
Beberapa
hari setelah membentuk KAMI terjadi pertemuan antara Cosmas Batubara dengan
Suryadi dan Aberson Sihaloho, kedua orang terakhir dari GMNI Osa-Usep. Kemudian
kedua tokoh mahasiswa ini menegaskan bahwa GMNI Osa-Usep akan bergabung dengan
KAMI, karena berada pada garis yang sama. Bahkan belakangan tokoh GMNI Osa-Usep
juga duduk sebagai anggota Presidium KAMI Pusat. Setelah KAMI Pusat terbentuk,
berbagai kesatuan aksi lain juga berdiri, seperti KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda
Pelajar Indonesia), KAPI (Kesatuan Aksi Pemuda Indonesia), Kesatuan Aksi
Sarjana Indonesia (KASI), KAWI (Kesatuan Aksi Wanita Indonesia), KAGI (Kesatuan
Aksi Guru Indonesia) dan beberapa kesatuan aksi lainnya.
Berdirinya
KAMI tidak terlepas dari situasi nasional akibat Gerakan 30 September.
Pihak-pihak yang tidak menyukai PKI
membentuk wadah perjuangan untuk melawannya. Namun seiring berjalannya
waktu, pada akhir 1965 perekonomian kian
memburuk. Hal ini mendorong KAMI untuk ikut serta menyuarakan
penderitaan rakyat. Untuk itu KAMI mengadakan
rapat. KAMI Pusat
segera berkonsolidasi, mahasiswa mulai menggalang kekuatan. Hasilnya, KAMI menempuh jalan Konsepsional dan Aksi Masa
melalui demonstrasi. Demonstrasi mulai dilancarkan, digelar sekitar 2 bulan. Tuntutan KAMI yang terkenal yaitu
Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura), yakni 1) Bubarkan PKI, 2) Rombak/bubarkan
Kabinet Dwikora dan 3) Turunkan harga kebutuhan pokok.
Tanggal 25
Februari 1966, KAMI dibubarkan oleh pemerintah. Meskipun berumur singkat, namun
apa yang dilakukan KAMI itu merupakan mata rantai penting dalam rangkaian awal
yang akhirnya berhasil mengganyang habis PKI sekaligus meruntuhkan rezim
Sukarno alias Orde Lama. Meskipun demikian,
perjuangan mahasiswa masih tetap berlanjut. Mahasiswa tetap kritis, terhadap
keadaan bangsa dan negara.
2. Kelompok
Cipayung
Setelah bubarnya KAMI, maka organisasi mahasiswa tentu tidak
memiliki wadah perjuangan bersama yang melembaga. Namun, ketidakadaan
wadah resmi tidak jadi halangan bagi sesama pimpinan organisasi mahasiswa dalam
membina hubungan komunikasi satu sama lain. Secara umum, situasi saat itu
dirasakan mulai kurang kondusif bagi perjuangan mahasiswa. Tapi disisi lain,
dorongan idealisme untuk tetap memberikan sumbangsih bagi bangsa dan negara,
mendorong para pimpinan organisasi mahasiswa untuk saling berkomunikasi dan bertukar
pikiran untuk membicarakan berbagai persoalan yang dihadapi bersama. Maka para
pimpinan organisasi mahasiswa yang ada pada saat itu sering melakukan pertemuan
dan berdiskusi.
Dari pertemuan dan diskusi-diskusi ini lahir keinginan
untuk merumuskan sikap bersama sekaligus untuk mengukuhkan kerjasama dimasa
mendatang. Pertemuan tersebut terlaksana pada tanggal 21-22 Januari 1972
di Cipayung Jawa Barat. Dari pertemuan inilah, lahir sebutan “Kelompok
Cipayung” dan tanggal 22 Januari merupakan hari terbentuknya.
Pada
awalnya Kelompok Cipayung hanyalah istilah untuk menyebut satu Forum Komunikasi
dan kerjasama antar 5 (lima) organisasi mahasiswa yang terdiri dari : HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia) dan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia) seperti awal pembentukan dari KAMI sebelumnya.
Dalam perkembangannya Kelompok
Cipayung ini terkesan sebuah lembaga atau organisasi karena menjadi terkenal di
kalangan masyarakat saat itu. Tentunya karena kiprah peran dan terutama
pikiran-pikiran kritis yang dilahirkannya, kerap dianggap sebagai cerminan
sikap politik mahasiswa Indonesia. Eksistensi Kelompok Cipayung memang satu
fenomena menarik dalam sejarah kerjasama antar organisasi mahasiswa. Bukan saja
karena bentuknya yang unik, karena menyatukan organisasi mahasiswa yang
memiliki berbagai perbedaan karakteristik, tapi juga usianya relatif panjang
dibanding dengan wadah kerjasama organisasi mahasiswa yang lain.
Lahirnya kerjasama Kelompok Cipayung,
sebenarnya bukan sesuatu yang direncanakan, dalam arti para pemimpin organisasi
mahasiswa itu berkumpul dan kemudian membentuk suatu kelompok yang dinamakan
Kelompok Cipayung. Melainkan secara alamiah melalui diskusi-diskusi informal
dan komunikasi yang bersifat personal antar sesama pimpinan organisasi
mahasiswa. Komunikasi untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman antara
sesama aktivis mahasiswa memang sesuatu yang lazim terjadi, apalagi bila
sebelumnya sudah saling kenal satu sama lain. Hal ini juga terjadi diantara
sesama pimpinan organisasi mahasiswa Kelompok Cipayung yang sebelumnya sudah
sempat berhimpun dalam wadah perjuangan bersama yaitu KAMI.
Terbentuknya Kelompok Cipayung sudah jelas karena adanya
komunikasi yang erat antar pimpinan organisasi mahasiswa untuk saling bertukar
pikiran. Dari proses komunikasi ini tersebut terjalin rasa kebersamaan dalam
menghadapi persoalan bersama. Dilatarbelakangi karena besarnya keinginan
tersebut, maka ia mampu mengatasi berbagai perbedaan antar organisasi mahasiswa.
Kelompok Cipayung terbentuk karena adanya kemauan kuat dan tentu disertai
kemampuan dari pimpinan lima organisasi mahasiswa mengatasi perbedaan-perbedaan.
Kuncinya adalah meletakkan kepentingan bangsa, negara dan mahasiswa pada agenda
bersama.
3. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)
Pada saat maraknya aksi yang dilakukan oleh Kelompok
Cipayung tahun 1973 bersamaan itu pemerintah menggiring organisasi masyarakat
dan mahasiswa masuk ke dalam bentuk pewadahan tunggal, sehingga perlahan tapi
pasti berbagai ormas pun bubar karena melebur dalam wadah yang disodorkan
pemerintah. Ormas-ormas buruh melebur ke dalam SBSI (Serikat Buruh Seluruh
Indonesia), ormas-ormas nelayan ke dalam HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh
Indonesia), ormas-ormas Petani ke HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), dan
sebagainya yang masih bisa bertahan, hanya organisasi mahasiswa karena telah
didahului dengan lahirnya Kelompok Cipayung dan ormas-ormas wanita karena jauh
hari sudah terbentuk Kowani (Kongres Wanita Indonesia).
Menghadapi perkembangan situasi saat itu organisasi mahasiswa
yang tergabung dalam Kelompok Cipayung sulit menggelar pertemuan, karena segala
perhatian terpaksa difokuskan pada upaya menyiasati kebijakan pewadahan tunggal
yang dijalankan pemerintah. Pada tahun 1973 awal konsep akan dibentuknya KNPI yang
dijadikan sebagai wadah tunggal bagi pemuda. Meskipun oleh pemerintah pada
saat itu dijadikan dalih untuk mengakhiri eksistensi organisasi mahasiswa yang
tergabung dalam Kelompok Cipayung.
Organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok
Cipayung berperan aktif dalam pembentukan KNPI. Hal ini setidaknya tercermin
dalam pendapat Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, Brigadir Jenderal
Syarief Thayeb yang menganggap mahasiswa adalah bagian dari pemuda dan
karenanya harus melebur dalam KNPI.
Pendapat Syarief Thayeb tersebut ditanggapi berbeda oleh Kelompok
Cipayung yang memandang KNPI hanyalah sebagai wadah berhimpun bagi ormas-ormas
kepemudaan dan keberadaannya hanya terbatas pada tingkat nasional. Bahkan organisasi
mahasiswa Kelompok Cipayung menempatkan KNPI hanya sebagai salah satu organisasi
kepemudaan yang statusnya sama dengan ormas-ormas kepemudaan yang sudah ada.
Pada akhirnya atas kepedulian dan tanggung jawab para
mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung yang memiliki latar belakang
berbeda-beda dengan rasa tulus ikhlas menyatakan diri berhimpun dalam langkah
dan gerak bersama demi terciptanya perjuangan Bangsa Indonesia tergabung dalam
satu wadah yang sama dengan mahasiswa dan pemuda lainnya. Maka dilakukanlah
Deklarasi Pemuda Indonesia sebagai landasan terbentuknya KNPI yaitu pada
tanggal 23 Juli 1973 Ketua Umum pertamanya adalah David Napitupulu.
Kelahiran KNPI sebagai bukti dari
kepekaan dan kepeloporan pemuda dan mahasiswa dalam menjawab tantangan peran
kesejarahan, melalui menggalang persatuan dan kesatuan, mengkonsolidasi
keanekaragaman potensi, membentuk sinkronisasi dan sinergi partisipasi dalam
rangka mensukseskan kegiatan pembangunan nasional. Deklarasi Pemuda lahir dari
sebuah kesadaran akan tanggung jawab pemuda Indonesia untuk mengerahkan segenap
upaya dan kemampuan untuk menumbuhkan serta meningkatkan dan mengembangkan
kesadaran sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
Deklarasi pemuda yang tergabung dalam
KNPI lahir untuk menindaklanjuti isi pesan sumpah pemuda yang menggariskan
kebutuhan keberhimpunan dengan mengejawantahkan satu nusa, satu bangsa dan satu
bahasa Indonesia. KNPI berbeda
dengan bentuk organisasi pemuda yang dikenal sebelumnya, seperti Front Pemuda
yang bersifat federasi dan anggotanya terdiri atas ormas-ormas pemuda. Komite ini tidak mengenal keanggotaan ormas,
oleh karena itu Komite ini bukanlah suatu federasi.