Beberapa Hari Ini Kita dikejutkan dengan berita
yang beredar di media massa. Berbagai spekulasi yang terjadi ketika di dalam
gedung istimewa para anggota dewan membahas RUU Pilkada yang akan direvisi
menjadi pilkada secara tidak langsung Yaitu melalui DPRD. Jadi Mekanisme
pemilihan kepala daerah secara langsung akan di tiadakan dengan alasan
mengurangi anggaran, mencegah Money Politic, serta konflik sosial.
Enam Fraksi di DPR yang mendukung pilkada
dilakukan secara tidak langsung Yakni Demokrat, Golkar, Gerindra, PPP, PKS, dan
PAN yang tergabung dalam koalisi "Merah Putih" (Mengusung Prabowo).
dan sisanya PDIP. Hanura, PKB serta Nasdem yang bersikukuh tetap pada pemilihan
secara langsung. Kedua belah pihak saling bersikukuh dengan keputusannya
masing-masing.
Pembahasan mengenai RUU Pilkada Langsung
tampaknya semakin keras dan cukup mengundang emosi. Karena bukan hanya masalah
pembahasan pilkada langsung atau tidak langsung semata. Ada Maksud tertentu
yang dilakukan oleh para dewan yang tergabung dalam koalisi merah putih karena
wacana tersebut muncul setelah Pilpres 2014 berakhir. Memang koalisi Merah
putih tergabung dan menguasai lebih dari 60% diparlemen.
Spekulasi terjadi diantaranya secara tidak
langsung koalisi merah putih ingin menguasai Kepala Daerah dan DPRD di
Indonesia. Mengapa,,, Secara partai yang tergabung dalam koalisi merah putih
cukup banyak menguasai kursi di DPRD. Maka sudah tentu akan menguasai seluruh
daerah-daerah yang ada di Indonesia tanpa harus menguasai kursi kepresidenan. Mungkin
saja bisa terjadi dengan berdalil ini dan itu mereka mengatakan kepada publik
dan di dukung dengan bahasa manis berbagai media.
Banyak sekali kalangan yang menentang RUU Pilkada
tersebut mulai dari aktivis mahasiswa, Akademisi bahkan Kepala Daerah sendiri.
Belum lama ini pernyataan dari kepala daerah aktif yang menentang
RUU Pilkada tersebut beberapa waktu yang lalu ramai-ramai kepala daerah
menyatakan penolakannya terhadap RUU Pilkada pada saat pertemuan di Lampung. Salah
satunya Plt Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahya Purnama yang dikenal
dengan sebutan AHOK.
Ahok adalah wakil gubernur DKI yang pada saat Pilgub
DKI yang lalu berpasangan dengan Jokowi yang di usung oleh 2 partai yaitu PDIP dan Gerindra. Ahok Kala itu di usung oleh Partai besutan Prabowo
Subianto Yakni Gerindra. Namun kini Ahok sangat tidak setuju dengan sikap Gerindra yang
begitu sangat getol untuk mengubah sistem pilkada, dari pilkada
langsung oleh rakyat menjadi pilkada oleh DPRD walaupun itu bertentangan dengan
jalan partai pengusungnya Ahok Tetap pada pendiriannya.
Ahok menilai tindakan Gerindra bersama
parpol-parpol yang bergabung di Koalisi Merah Putih di DPR untuk mengesahkan
RUU Pilkada Perubahan 2014 itu sebagai suatu tindakan yang sangat tidak masuk
akal, hanya menyuburkan korupsi, bahkan bertentangan dengan konstitusi. Saking
gemasnya Ahok menyaksikan sikap Partai Gerindra itu, dia menyatakan, jika
sampai RUU Pilkada 2014 itu disahkan DPR, dia akan keluar dari partainya.
Ahok mengatakan RUU Pilkada seharusnya difokuskan
untuk menekan kemungkinan pejabat menjadi korup. Namun, isi RUU Pilkada yang
sedang dibahas di DPR justru tidak substantif dan penting. Menurutnya, jika RUU
Pilkada itu sampai disahkan akan berpotensi sangat besar membuat pejabat
sebagai korup. Kepala daerah hanya harus mampu ‘memuaskan’ DPRD agar tetap
menjabat.
Itulah permasalahan yang terjadi sekarang ini di
parlemen, kita sebagai masyarakat tentunya menyikapi dengan sebelah mata saja
ya….apapun keputusan mereka Pilkada langsung atau tidak langsung Rakyat tetap seperti
biasa mencari sesuap nasi tanpa adanya campur tangan pemerintah baik Pusat
ataupun daerah. Tentunya pihak-pihak yang terkait agar jangan mengambil
keuntungan golongan dari semua ini, putuskan yang terbaik untuk masyarakat
bukan untuk kepentingan golongan semata. Rakyat Menanti!!!!
No comments:
Post a Comment
kelik