--> WELCOME TO MY BLOG IVAN MOAN NST WELCOME TO MY BLOG IVAN MOAN NST

Sep 21, 2014

PENCITRAAN POLITISI BASI



Dunia politik tak ubahnya seperti arena bertarung yang sangat membutuhkan strategi jitu dalam pemenangannya.  Tidak hanya sekedar politik uang yang mampu berperan sebagai second God dalam memenangkan hati rakyat, namun bukan politik uang saja yang menjamin akan menang. Saat ini rakyat semakin kritis dan sebagian besar tak lagi tertarik pada politik uang, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa masih ada sebagian partai politik yang menggunakan politik uang sebagai strategi pemenangannya
Politik uang belum bisa dijadikan alat kemenangan, yang paling utama adalah kualitas dari pesan-pesan kampanye politik sebuah partai politik atau pun si calon dan strategi pencitraan para pemimpin partai politik ataupun kandidat untuk bisa memenangan dalam pemilihan umum, sehingga selain faktor biaya yang mutlak dipersiapkan untuk menggerakkan mesin politik, pencitraan para kandidat merupakan kunci penentu kemenangan.
Sudah menjadi trend atau kebiasaan para pejabat kita di negara ini, baik pusat ataupun di daerah. Apabila ingin menjadi calon anggota DPR, DPRD, Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota, mengunakan strategi pencitraan. Jauh sebelum menjadi kandidat calon para pejabat, politisi atau apapun namanya mereka dengan giat melakukan berbagai pencitraan. Mulai dari cara blusukan ke rumah warga, pasar sampai pelosok desa. Memasang iklan berupa baliho, spanduk dan iklan di media elektronik.

Tujuan mereka melakukan hal tersebut adalah agar dikenal oleh masyarakat luas, mendapatkan citra baik dan mendapatkan simpati dari rakyat yang memilih. Berbagai cara dilakukan untuk nanti terpilih dan dipilih. Karena pencitraan adalah cara yang terbaik untuk mendapatkan simpati rakyat sudah banyak contoh yang terjadi di negara kita ini yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh politik kita.

Menurut bahasa “pencitraan berasal dari kata citra yang artinya gambaran, rupa atau pandangan. Citra itu gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, organisasi, perusahaan dsb”. (Kamus Bahasa Indonesia)

Politik pencitraan adalah politik yang dibuat untuk menggambarkan seseorang, pejabat, partai, ormas, dll adalah baik atau buruk. Politik pencitraan positif digunakan untuk mengangkat elektibilitas diri dan golongannya sedangkan pencitraan negatif  untuk menjatuhkan musuh/lawannya.


Sejak Pemilu tahun 2004 hingga pemilu yang baru berlangsung baik pemilihan presiden atau pun pemilu kepala daerah. Startegi pencitraan cukup terbukti ampuh dalam memenangkan pemilu karena masyarakat kini sudah semakin selektif dalam memilih bukan hanya uang saja (Masyarakat kota) akan tetapi dilihat juga rekam jejak mereka, bibit, bebet, dan bobotnya.

Kita masih ingat pada sosok Jokowi yang sebelum menjabat gubernur Jakarta beliau adalah walikota Solo yang di citrakan masyarakat Solo sebagai pemimpin yang jujur, merakyat dan sederhana. Kemudian beliau mencalonkan sebagai gubernur Jakarta berpasangan dengan Ahok hasilnya beliau memenangkan pemilu tersebut karena persepsi masyarakat Jakarta yang dicitrakan masyarakat Solo, bahwa beliau Jujur dan merakyat serta tidak mengambil uang gajinya sebagai walikota Solo.

Kemudian sejak menjadi gubernur Jakarta Jokowi membuat masyarakat terkesima dengan pencitraannya melakukan blusukan keberbagai tempat mulai dari pasar, rumah warga, turun ke gorong-gorong, makan di warteg dsb. Sehingga dimata masyarakat beliau adalah sosok pemimpin yang selama ini di rindukan masyarakat. Karena selama ini pejabat hanya tahu duduk dikursi, di ruang ber-AC, mobil mewah dan enggan turun ke tengah-tengah masyarakat.

Ternyata dengan pencitraan ala blusukan yang beliau lakukan cukup ampuh dan terbukti manjur karena hanya waktu 2tahun menjabat sebagai gubernur beliau dicalonkan oleh partainya menjadi calon presiden dan alhasil beliau memenangkan pertarungan terebut berpasangan dengan Jusuf kalla. Bersaing dengan pasangan Prabowo-Hatta dengan selisih suara mencapai 8.000.000 lebih.

Strategi pencitraan dan janji-janji yang beliau lakukan saat kampanye menjadi amunisi yang mematikan lawannya. Sosok yang di citrakan masyarakat sebagai pemimpin yang merakyat dan mau turun kebawah. Semoga saja apa yang beliau lakukan bukan hanya sekedar pencitraan semata dan janji-janji yang beliau ucapkan saat kampanye menjadi hutang kepada masyarakat yang telah memilihnya karena telah berhasil meraih konsumen dengan menjual janji-janji politik dengan menggunakan strategi pencitraan bak sales produk yang handal. Kita berharap bukan!!!

Apakah pencitraannya itu sungguh-sungguh atau cuma tipu-tipu, itu bisa dilihat dari latar belakang sosialnya. Kalau yang berasal dari kelas bawah biasanya melakukan politik pencitraan itu dilakukannya dengan tidak canggung, luwes, dan spontan, karena cenderung pernah mengalami semua kesusahan itu. Tapi kalau yang berasal dari kelas atas maka biasanya lucu, tidak spontan, dan artifisial.

Pencitraan diri seorang figur yang sedang bertarung dalam kontestasi politik berdampak besar bagi elektabilitas mereka. Sosok yang populer yang sedang berkuasa bisa terjungkal jika salah sedikit saja dalam mencitrakan dirinya. Sebaik apa pun kinerja lembaga tersebut jika tidak dibarengi dengan pengelolaan pencitraan yang tepat akan kurang populer di mata publik. Ujung-ujungnya peran positif lembaga itu akan tenggelam oleh lembaga lain yang kinerjanya biasa-biasa saja atau bahkan kurang tapi lihai mengelola pencitraan.

Pemerintahan SBY yang selama ini penuh dengan lika liku dan aksi demonstrasi dari berbagai kalangan masyarakat yang dinilai telah gagal dalam membawa negara ini kedalam kemakmuran dalam 10 tahun belum ada prestasi yang menonjol dimata masyarakat, akan tetapi dengan Pencitraan yang dilakukan SBY dalam berbicara, berpolitik dan sebagainya tidak sedikit orang yang simpati kepada beliau serta banyak pula yang memujinya.

No comments:

Post a Comment

kelik