Pendiri
negeri ini adalah orang yang kita anggap sebagai pahlawan yang sampai
saat ini masih kita kenal, masih kita ingat namanya, masih kita ingat
jasa-jasanya, masih menjadi inspirasi bagi banyak orang. Betapa besar
jasa-jasa mereka dalam perjuangan mendirikan negeri kita ini. Mereka
mengorbankan pemikirannya, mengorbankan hartanya, keluarganya, bahkan
jiwa raga mereka korbankan demi kemerdekaan tanah airnya. Namun apa yang
terjadi dengan negeri ini sekarang, banyak orang orang yang memilih
voting dari pada musyawarah, banyak yang memilih nongkrong dari pada
pergi ke Masjid, banyak yang memilih Hak Asasi Manusia dari pada nilai
dan norma yang berlaku di negeri ini, banyak orang yang memilih ikut
korupsi dari pada membrantas dan menghindari korupsi, banyak orang yang
memilih kekerasan untuk mengatatasi permasalahan. Itulah sedikit gambaran
keadaan rakyat negeri ini dijaman yang konon katanya era globalisasi,
era dimana kebebasan sangat diperjuangkan dan diagungkan. Itulah
faktanya yang banyak kita jumpai di lingkungan sekitar kita. Padahal founding father
negeri Indonesia tercinta ini telah susah payah dan berfikir ekstra
keras untuk memilih landasan negara, dan akhirnya perjuangan mereka
tidak sia-sia sehingga munculah Pancasila sebagai ideologi negeri ini.
1 juni adalah hari dimana sang Pancasila di peringati hari
jadinya. Baahkan banyak variasi kegiatan untuk memperingati hari
jadinya Pancasila, dari mulai Upacara bendera, seminar tentang
Kenegaraan sampai demonstrasi. Bahkan sampai sekarang Pancasila masih di
bacakan pada saat upacara rutin hari senin di setiap sekolah-sekolah
dari mulai SD sampai SMA/Sederajat. Itulah nama pancasila yang masih
harum namanya sampai saat ini.
Pancasila,
dibalik keharuman namanya ternyata sekarang ini masyarakat negeri ini
seolah-olah lupa dengan kandungan nilai-nilai yang ada di dalam
Pancasila itu sendiri. Penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila terus
terjadi, dari mulai hal yang kecil sampai hal yang besar, dari mulai
masyarakat awam, masyarakat golongan intelektual sampai masyarakat yang
dikatakan elit. Sebagai contoh adalah, pemerintah kita lebih
mengedepankan ekonomi liberal dari pada dari pada ekonomi yang
berazazkan Kekeluargaan, Pemerintah lebih memilih pemilihan umum
langsung dari pada Musyawarah mufakat, Pemerintah lebih memilih
Demokrasi liberal dari pada Pancasila itu sendiri. Padahal pemerintah
sebagai pihak yang sangat penting dalam memperjuangkan Pancasila supaya
terus menjadi Ideologi yang dapat bertahan di masa yang akan datang.
Kita tau
bahwa Pancasila mengajarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, tetapi masyarakat
negeri ini masih banyak yang enggan pergi ke Masjid untuk melaksanakan
ibadah, bahkan terkadang kata-kata “keuangan yang maha kuasa” itu kita
dengar dilingkungan sekitar kita. Sila kedua dalam Pancasila adalah
Kemanusiaan yang adil dan beradab, tapi kita juga tau bahwa masih ada
juga orang yang masuk penjara karena hanya sebatas mengambil beberapa
buah kakao, padahal sang koruptor malah enak berkunjung ke luar negeri.
Kita juga tau bahwa Pancasila mengajarkan tentang Musyawarah mufakat,
tetapi dilingkungan sekitar kita bahkan mahasiswa banyak yang
mengedepankan voting dari pada musyawarah mufakat untuk memutuskan suatu
persoalan bersama.
Betapa
jauhnya kehidupan masyarakat negeri ini dengan nilai-nilai yang ada
pada Pancasila. Lalu mau dikemanakan Pancasila sebagai landasan negara.
Siapa lagi yang mau mempraktekkan nilai-nilai Pancasila kalau bukan
masyarakat Indonesia sendiri. Marilah kita kembali ke Pancasila yang
mana nilai-nilainya merupakan inti sari yang diambil dari negara ini.
No comments:
Post a Comment
kelik